Komunikasi adalah
tiketmu menuju sukses, jika kamu memperhatikan dan belajar melakukannya secara
efektif." - Theo Gold
Quotes dari The Gold di atas, mengindikasikan akan
pentingnya berkomunikasi yang baik. Penyampaian komunikasi dengan tepat maka
akan mudah dimengerti bagi siapapun yang mendengarnya, melihatnya, dan
memperhatikannya. Oleh karenanya penting dalam menjalin komunikasi melalui
sosialisasi. Seperti yang dilakukan dalam kegiatan Roadshow Leprosy di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang melibatkan Babinsa (Bintara Pembina Desa) dan PKK (Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga) oleh NLR (Netherland Leprosy Relief) Indonesia,
menjadi langkah strategis dalam berkomunikasi terkait kusta secara masif.
“Kegiatan yang berlalu 2 pekan lalu melalui roadshow ini, dalam rangka sosialisasi dan edukasi bersama Babinsa dan PKK yang dikemas dengan hal yang berbeda secara bahagia yaitu olahraga dan senam bersama, sehingga mudah untuk memahami akan penyakit kusta serta stigma negatif kusta bisa diminalisir.” Terang Kapten Infanteri Shokib Setiadi, Pasiter Kodim 0712/Tegal di acara Ruang Publik KBR, Gaung Kusta Bersama Babinsa dan PKK secara daring.
Sejalan dengan Pak Shokib, dalam kesempatan yang sama Ibu Elly
Novita, S.KM, MM selaku Wakil Ketua Pokja 4, TP PKK Kabupaten Tegal turut
menyampaikan bahwa senang dapat senam bersama sebagai langkah pola hidup sehat.
Selain itu mendapat informasi sangat berguna tentang hal benar akan kusta,
sehingga menjadi bekal informasi untuk dibagikan lagi kepada masyarakat lain.
Stigma yang Masih Beredar Terkait Kusta
Penyakit menular yang tidak mudah ditularkan, kecuali dengan kontak yang erat dalam jangka waktu yang lama ini, kerap menjadi momok yang menakutkan. Stigma negatif yang masih beredar di kalangan masyarakat pun masih terdengar, seperti penyakit kutukan, penyakit keturunan, guna-guna. Bahkan bagi si penderita pun menganggap bahwa kusta adalah penyakit berdosa.
Dari isu negatif tersebut, tentunya akan makin berdampak buruk
bagi si pasien yang seharusnya didukung untuk mendapatkan penanganan yang
cepat. Selain itu dalam mengeliminasi kusta pun juga belum berhasil masih tetap
menempatkan Indonesia di posisi ketiga di dunia sebagai negara dengan tingkat
kasus kusta tertinggi, karena masih stagnan selama 10 tahun terakhir ini dengan
jumlah kasusnya yaitu 18.000.
Baca Juga: Manfaat Kurma untuk Kesehatan Saat Puasa
Dampak Positif Sosialiasi dan Edukasi Kusta melalui Roadshow
Leprosy
Kita dapat melihat dari data kusta pada tahun 2017 yang menimbukan disabilitas masih mencapai 6,6 orang per 1.000.000 penduduk. Ini masih terbilang tinggi dan harus ada langkah cepat untuk mengatasinya, seperti yang dilakukan NLR Indonesia melalui Roadshow Leprosy dengan tujuan dapat meningkatkan kesadaran dan membuka ruang informasi kepada masyarakat lebih luas lagi tentang kusta.
“Selama ini stigma tentang kusta bahwa kusta itu penyakit yang menakutkan dan kutukan. Adanya edukasi ini bisa membuka pengetahuan dan pemikiran, sehingga Babinsa bisa melakukan pendampingan terhadap masyarakat.” Ujar Pak Shokib Setiadi.
Ibu Elly Novita pun menambahkan bahwa melalui Roadshow
Leprosy dapat membuka wawasan yang lebih luas lagi terkait kusta, seperti
apa gejalanya atau cara mendeteksi awal, dan bagaimana pengobatannya, pelayanan
kusta bagian dari jaminan kesehatan nasional.
“Terlebih lagi pada saat sesi tanya jawab, antusiasnya para peserta roadshow yang mengajukan pertanyaan. Serta materi yang disampaikan secara gamblang oleh narasumber.” Jelas Ibu Elly Novita.
Baca Juga: HKSR untuk Remaja Disabilitas dan OYPMK
Setiap kegiatan positif yang dilakukan, tentunya akan dibarengi
juga dengan tantangan yang masih harus dihadapi. Begitupula dengan kegiatan ini
dimana masih terdapatnya kendala seperti anggapan keliru dari masyarakat tentang
penyakit kusta, banyaknya berita hoax yang harus ditepis. Serta, belum adanya
evaluasi, baru hanya sampai pemberian informasi saja. Jadi belum sampai
bagaimana penerimaan masyarakat di sana terkait kusta.
Meski begitu, dengan adanya sosialisasi Gaung Kusta yang
berkelanjutan di berbagai tempat yang berarti intens berkomunikasi kepada
masyarakat, maka kesadaran positif dapat tercipta, misalnya bila ada di
lingkungan yang terkena kusta harus lekas didukung untuk berobat dan dilaporkan
ke tenaga kesehatan setempat. Selain itu, kita dapat mewujudkan Indonesia zero
kusta, bukan?
Komentar
Tapi zaman sekarang dengan makin banyak edukasi ttg kusta harapannya pandangan negatif ttg penyintas kusta berkurang ya mbak, bahwa penyintas kusta juga bisa kembali beraktivitas berbaur dengan masyarakat.